Kebangkitan dan kehancuran sebuah klub motor dipotret di film ini.
Pada tahun '60-an, di berbagai negara bagian di Amerika Serikat, banyak bermunculan klub motor. Ciri khas mereka adalah motor gede dengan mesin meraung, konvoi bersama-sama, dan juga jaket kulit dengan lambang klub. Namun, jangan samakan mereka dengan geng motor yang menebar ketakutan karena tingkahnya, klub motor ini bisa dibilang memang kumpulan pria yang suka berkendara dengan motor. Jurnalis bernama Danny Lyon pun mengabadikan kehidupan salah satu klub motor di Illinois, Outlaws MC, melalui buku fotonya yang kemudian diangkat ke layar lebar oleh Jeff Nichols dengan judul The Bikeriders.
Danny Lyon, seorang jurnalis muda, mengikuti kehidupan sebuah klub motor Vandals MC dengan berbincang dengan Kathy (istri salah satu anggota Vandals, Benny) dan mengikuti kegiatan mereka sambil mewawancarai sekaligus memotret setiap anggotanya. Dari sekadar klub motor, Vandals akhirnya berkembang, namun ke arah yang tidak diinginkan. Sejalan dengan semakin populer dan bermunculannya cabang-cabang mereka di negara bagian lain, Vandals mulai kewalahan mengatur anggota barunya yang mengancam tujuan dasar didirikannya klub ini.
The Bikeriders membawa kita ke Amerika di tahun 1960-an, masa saat klub motor fiktif The Vandals populer di daerah Chicago. Karena ketenarannya, banyak yang ingin bergabung atau malah berniat mendirikan cabang di daerah lain. Mungkin, kalau diandaikan sekarang, seperti klub penggemar tim sepakbola tertentu yang punya banyak cabang. Dari film ini, kita dipaparkan gambaran bahwa klub motor itu aslinya bukanlah para begundal dan berandalan. Mereka hanyalah sekelompok orang yang senang berkendara dengan motor besar, nongkrong bersama, dan mengobrol. Jika klub motor berubah menjadi geng motor yang memiliki konotasi negatif, itu tentu karena ada segelintir orang yang menyelewengkan tujuan dasar para pendiri awalnya.

Menariknya, film ini dihadirkan dalam bentuk wawancara seorang jurnalis foto dengan para anggota The Vandals, termasuk salah satu istri dari pentolannya, Benny. Dari bincang-bincang tersebut, banyak sudut pandang yang muncul. Misalnya, Kathy, yang menjadi istri Benny, mengungkapkan kekhawatirannya saat melihat suaminya terluka parah akibat berkelahi di sebuah bar dan ingin Benny mundur dari klub. Lalu, ada sudut pandang Benny yang setia kepada klub, tapi pada akhirnya memutuskan untuk pergi karena berseberangan pendapat dengan sang ketua, Johnny. Tidak hanya itu, ada pula Johnny yang mulai kewalahan sebagai pemimpin The Vandals karena banyak orang baru yang tidak bisa ia kendalikan dan bersikap seenaknya sendiri. Penceritaan yang lebih dari satu itu membuat kita paham bahwa di dalam sebuah organisasi yang tampak solid pun pasti akan ada masalah.
Dengan gaya penceritaan yang menyerupai wawancara ini, sayangnya, konflik yang disajikan tidak terlalu intens. Memang, ada konflik kecil antara anggota The Vandals, dengan anggota baru cabang lain, hingga dengan anak-anak remaja yang ingin bergabung. Namun, secara keseluruhan, tidak ada konflik besar yang menjadi permasalahan utama dan membuat penonton tidak gelisah di kursinya karena bosan.
Dari segi akting, Tom Hardy, Austin Butler, dan Jodie Comer memang patut diacungi jempol. Hardy berhasil menampilkan sosok pemimpin klub motor yang perhatian pada anak buahnya, namun tidak segan-segan bertindak brutal jika salah satu anggota klubnya diganggu. Sebuah penyegaran setelah berakting konyol di dua film Venom. Austin Butler sukses menjelma sebagai Benny, anggota The Vandals yang tampan dan karismatik. Sebagai karakter utama wanita dengan screentime yang sama banyaknya dengan Hardy dan Butler, Comer tidak lantas tertutupi oleh akting dua aktor tersebut. Dari awal kehadirannya di layar, Comer sudah menampilkan kesan yang kuat.

The Bikeriders memang film tentang klub motor, tapi bukan klub motor sok jawara yang mencari musuh di mana-mana. Anggota klub motor, yang kerap dicurigai sebagai berandalan, sangat menjunjung tinggi persaudaraan dan tidak akan mengamuk kalau tidak "disenggol" duluan. Film ini lebih mengutamakan drama mengenai konflik tersebut, dibandingkan adegan-adegan aksi, sehingga mungkin bukan tontonan untuk mereka yang berharap ada kejar-kejaran motor di jalanan. Tapi, untuk yang ingin melihat akting melankolis Butler setelah tampil gahar sebagai Feyd-Rautha di Dune: Part Two dan ingin melihat Hardy tanpa teman aliennya, film ini bisa menjadi pilihan.