Saatnya Paul Atreides kembali untuk membalas dendam
Planet Arrakis yang gersang, namun penuh rempah kembali ke layar lebar dalam Dune: Part Two. Jika di babak satu, Keluarga Harkonnen bersama Kaisar berkomplot untuk melenyapkan seluruh Keluarga Atreides, di bagian kedua ini, kita akan dibawa ke dalam perjalanan Paul Atreides untuk menemukan jati dirinya sekaligus membalaskan dendam sang ayah. Tentunya, Denis Villeneuve selaku sutradara menjanjikan cerita di sekuel ini akan lebih intens dari pendahulunya dan juga adegan perang yang luar biasa.
Setelah kejadian di film pertama, saat Paul berhasil menaklukkan pejuang Fremen, Jamis, Paul dan Lady Jessica dibawa Stilgar ke Sietch Tabr, tempat tinggal para Fremen. Di sana, mereka disambut tatapan curiga, tapi ada juga yang penuh harap bahwa Paul memang benar Lisan al-Gaib yang ditunggu-tunggu. Di tempat ini, Lady Jessica diberi tahu oleh Stilgar bahwa Reverend Mother mereka sedang sekarat dan mencari pengganti. Meski awalnya khawatir dan takut, namun Lady Jessica akhirnya menerima meski memiliki agenda tersendiri di balik itu.
Sementara itu, kegagalan panen rempah akibat para Fremen, memicu Harkonnen melakukan serangan besar dengan dipimpin Rabban. Namun, karena gagal, Baron Vladimir Harkonnen pun melengserkan Rabban, diganti dengan keponakannya yang lebih brutal, Feyd-Rautha. Feyd memutuskan turun tangan sendiri mengejar para Fremen untuk melenyapkan mereka dari Arrakis agar panen rempah Harkonnen terus berjalan. Paul Atreides tentu saja tidak tinggal diam dan memutuskan angkat senjata demi melawan semua yang telah mengkhianati keluarganya.

Jika film pertama lebih kepada pengenalan karakter dan akibat yang melatarbelakangi perjalanan Paul dan Lady Jessica di gurun Arrakis, maka di sini Villeneuve langsung membuka dengan kelanjutannya. Tidak ada recap bagi mereka yang tidak tahu dunia Dune dan berharap Part Two ini akan sedikit menjelaskan apa yang terjadi di Part One. Jangan harap. Tonton dulu film pertamanya untuk langsung menikmati film kedua karena selama dua jam 46 menit, kita tidak akan dibawa sedikit pun kembali ke prekuelnya. Semua terus bergerak maju hingga akhirnya mencapai klimaks saat terjadi perang besar.
Dari segi teknis, Dune: Part Two jelas lebih grande dari film pertama. Jika kita menonton di layar terbesar dengan suara paling mumpuni, dijamin kursi kita akan bergetar di beberapa adegan yang menunjukkan betapa sound memang menjadi bagian penting dari film ini. Visualisasi yang disajikan Villeneuve pun terasa memukau. Mulai dari kapal perang milik kekaisaran, arena gladiator Harkonnen yang dipakai Feyd-Rautha membantai musuh-musuhnya, hingga peperangan dengan ribuan orang di gurun. Dune: Part Two dibuat untuk pengalaman sinematik di bioskop, sama halnya seperti Part One. Menunggu ini tayang di TV atau turun ke OTT, terasa tidak menghormati kerja keras orang-orang di balik layar.
Dari segi akting, deretan cast ternama di film ini memang membuat filmnya jadi menarik untuk diikuti. Masing-masing karakter memiliki agenda sendiri. Bahkan, Paul Atreides yang terlihat seperti pemuda baik-baik pun memiliki strategi politik yang tidak terduga. Kredit lebih mungkin patut diberikan kepada Austin Butler yang mengalami perubahan drastis secara penampilan di film ini demi memerankan Feyd-Rautha. Namun, karena fokus film kedua ini adalah pada Paul Atreides dan kebangkitannya, sosok Feyd jadi terasa terpinggirkan. Padahal, akan lebih menarik jika kita bisa tahu latar belakangnya hingga sebengis sekarang.

Tidak hanya itu, dengan durasi yang mencapai dua jam lebih, Part Two terasa terlalu panjang. Berbeda dengan Part One yang terus membuat penonton tertarik hingga akhir, bagian tengah sekuelnya ini lebih banyak diisi oleh kontemplasi Paul dalam mempertanyakan ke mana jalan hidup akan membawanya. Memang, dialog-dialog di gurun dengan Chani dan kekhawatiran yang selalu muncul bahwa dirinya akan membawa kehancuran di masa depan memperlihatkan penonton bahwa Paul mengalami perubahan karakter dari film pertamanya. Namun, sebagian penonton bisa jadi akan merasa bosan. Selain itu, kita mungkin akan menemukan antiklimaks di beberapa bagian dan juga pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Entah apakah Villeneuve akan menyambungnya ke Dune: Part Three atau dibiarkan jadi misteri dunia. Tapi, kebosanan tadi cukup terbayar dengan perang besar di 3/4 film dan pertarungan satu lawan satu antara Paul dan Feyd-Rautha di akhir. Meski tidak seepik Lord of the Rings: Return of the King atau Avengers: End Game, tapi tetap saja akan membuat kita menahan napas.
Sejatinya, Dune karya Frank Herbert ini terdiri dari enam buku. Sudah tersiar kabar bahwa Villeneuve ingin melanjutkan ke film ketiga yang mengambil plot dari buku kedua (Dune Messiah), melanjutkan kisah tentang kepemimpinan Paul setelah menjadi kaisar. Jika benar, mungkin pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab di Part Two akan dijelaskan di sini. Namun, akankah film ketiganya masih sama memikat seperti dua pendahulunya? Kita tunggu saja apakah memang keinginan ini mendapat lampu hijau dari studio WB.
